07 Maret 2009

JUST THINKING OF…..???


Aku sempat tersinggung dengan obrolan teman-teman sepermainan beberapa waktu lalu. Sedikit menilik beberapa hal mengenai perubahan nasib negeri ini, Indonesia, negeri orang local, orang miskin, orang minoritas dan orang mayoritas. Sebuah obrolan yang menggelitik urat syarafku dan sedikit menggerakkan roda-roda kepalaku. Masuk akal sekali dengan kelakar yang mereka lontarkan.
Bolehlah bila otak manusia dijadikan sup panas dengan bumbu-bumbu dan rempah dapur. Otak orang Jepang dijadikan sup mungkin rasanya tidak enak, hambar, tidak sedap, tidak beraroma karena tidak berminyak. Sehingga tidak ada orang yang menyukai sup ala orang jepang. Dibandingkan dengan sup otak dari local, otak yang diamsak banyak mengeluarkan minyak, sehingga aroma khas timbul, rasanya gurih, dan nikmat di lidah.
Menelaah permisalan diatas, dapat kita tarik alasan secara logika. Minyak sangatlah berpengaruh dengan kinerja otak kita. Otak orang jepang tidak mengandung minyak, karena otak mereka habis terbakar untuk energi menggerakkan torak mesin otak mereka, menggerakkan garden, menggerakkan as roda gila, dan menggerakkan roda-roda untuk berjalan dengan akselerasi pasti. Mereka orang jepang tidak menyia-nyiakan energi yang tersimpan di otak untuk tidak terpakai dan mengendap di jaringan otak kepala mereka, mereka gunakan untuk berpikir, berkarya, berinovasi, dan pada akhirnya solusi perubahan yang mereka dapatkan. Dibandingkan dengan otak kita, mungkin yang selalu ingin serba instant adanya dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang ada, sehingga membuat otak kita sedikit termanja untuk berpikir, berkarya, berinovasi. Sangat disayangkan sekali otak dan akal pikiran yang dianugerahkan kepada kita tidak teraplikasi pada hal yang kurang bermanfaat pada diri kita sendiri.
Lihat lah! Generasi kita sekarang pada + anak umur 7 tahun, otak mereka banyak yang telah diracuni dengan banyak sinetron percintaan yang belum pantas mereka dapatkan sesuai dengan umur mereka. Mereka terus menerus larut dalam lamunan, khayalan yang buntutnya tidak berbuah nyata dan hasilnya adalah negative. Ujungnya beralih dengan pertumbuhan jiwa dan moral mereka menginginkan suatu hal tanpa usaha, dan tidak berpikir secara logis memandang jauh ke masa depan. Lalu apa tindakan Generasi Pendahulu kita??...akh tidak mereka pun juga terbuai dengan kepentingan mereka sendiri juga.
Kenyataannya banyak kemiskinan materi dan moral, eksploitasi anak, ketidak pedulian antar sesama, kebusukan system birokrasi, meski dengan lantangnya suara mereka membela kaum yang tertindas. Pancasila landasan Negara kita Indonesia seolah hanyalah sebagai symbol belaka, tanpa pengamalan yang sesuai. Akibat nya terjadi pergeseran, pengkaratan moral pada diri bangsa kita.
Cobalah kita menyadari sebagai para orang tua, pejabat, pemuda-pemudi, dan masyarakat lain meluangkan waktu mereka untuk berpikir kembali untuk mau merubah keadaan dari lingkungan terdekat kita, tanpa harus memojokkan hak masing-masing. Terus berfikir dan berusaha untuk kebaikan bersama, niscaya akan ada jalan keluarnya. Dan hasil itu akan lebih nikmat pula jika kita merasakan bersama pula.

06 Maret 2009

HOW TO MANAGE CONFLICT (Kiat Menangani Konflik, Jadikan Konflik Sebagai Kesempatan untuk Maju!)


Konflik dalam kehidupan manusia semakin rumit dan penuh tantangan seiiring dengan meningkatnya permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dan kegiatan dunia usaha yang berjalan semakin cepat. Tak salah, jika banyak orang yang strees setelah terimbas oleh yang namanya konflik. Dipihak lain, kemampuan bekerjasama dengan orang lain merupakan kunci utama untuk meraih sukses di abad 21. Namun yang namanya kesuksesan tidak terlepas dengan yang namanya konflik. Bagaimanapun adanya, tak ada seorang pun yang dapat menjalani kehidupan dengan mulus, tanpa aral rintangan yang mau tidak mau harus melaluinya. Oleh karena itu, setiap manusia perlu membekali diri dengan ilmu yang berisi kiat-kiat khusus untuk mempersiapkan tameng bagi setiap personal yang mau terjun dalam suatu realita hidup.
Sebuah definisi konflik dari Daniel Webster sebagai berikut: Konflik merupakan persaingan atau pertentangan antara pihak-pihak yang tidak cocok satu sama lain; keadaan atau perilaku yang bertentangan (misalnya: pertentangan pendapat, kepentingan, atau pertentangan antar individu); perselisihan akibat kebutuhan, dorongan, keinginan, atau tautan yang bertentangan.
Timbulnya suatu konflik tanpa kita sadari dapat memberikan manfaat positif, dimana konflik sebenarnya merupakan suatu bekal yang dapat membawa diri kita untuk maju. Dengan catatan, asal ditangani sejak dini dengan cara yang tepat dan penuh dengan pehitungan. Kiat menangani konflik mengungkap tentang: mitos konflik dan cara untuk mengatasinya, kiat efektif untuk mengatasi konflik, mengidentifikasi dan mengatasi tiga tahap konflik, menghindari kesalahan jika terjadi konflik, berbagai pilihan gaya dalam mengatasi konflik, serta cara dan waktu yang tepat dalam melakukan intervensi.
Namun ada hal yang menarik dan fenomial. Pada kenyataannya, sebuah konflik itu berbeda dengan pendapat masyarakat umum, bahwa konflik tidak selalu berarti suatu masalah yang buruk. Dalam menghadapi konflik dibutuhkan suatu kebijaksanaan, dengan begitu konflik dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat, yaitu untuk meningkatkan motivasi, meningkatkan pemecahan dalam suatu masalah, ikatan kelompok lebih kuat, penyesuaian diri pada kenyataan, pengetahuan/ ketrampilan meningkat, kreativitas meningkat, membantu mencapai upaya mencapi tujuan, mendorong pertumbuhan.
Namun jika konflik tersebut dibiarkan begitu saja dan cara mengatasi konflik tidak tepat, maka dampak buruk yang akan terjadi. Yaitu, merusak jati diri seseorang, menurunkan produktivitas, kepercayaan merosot, pembentukan kubu- kubu, informasi dirahasiakan dan arus komunikasi berkurang, timbul masalah moral, waktu terbuang sia-sia, dan proses pengambilan keputusan menjadi tertunda.
Terdapat sebuah ungkapan dari Victor Frankl “Segalanya bisa direnggut dari manusia kecuali satu: kebebasannya untuk menentukan sikap dalam menghadapi apapun dalam menentukan jalan yang akan ditempuhnya
Sebenarnya jika kita telaah suatu masalah lebih jauh lagi, maka hakikatnya kita hanya terombang ambing oleh ketakutan hati kita akan tidak terselesaikannya suatu konflik. Dri ketakutan inilah manusia sering stress, padahal kenyataannyabelum direalitaskan solusi dari konflik atau permasalahan yang ada.
Hidup ini memang penuh hitam putih, kadang suka kadang duka, dilemma yang ada telah membelajarkan diri kita untuk dapat menyikapi jiwa kita menjadi lebih bijaksana dalam berpikir. Perasaan hati bukanlah suatu hal yang salah atau benar, tapi kita perlu banyak lebih menelaah semua dengan melihat sisi kedua mata lahiriah dan batiniah kita, dan mempersatukannya sebagai iman dalam jiwa kita dalam membenarkan suatu kata dalam kebenaran di jalan yang lurus. Semoga ini menjadi bermanfaat bagi pembaca.